Thursday, August 7, 2008

EKOFEMINISME

EKOFEMINISME

Ekofeminisme salah satu cabang feminis gelombang ketiga yang mencoba menjelaskan keterkaitan alam dan perempuan terutama yang menjadi titik fokusnya adalah kerusakan alam yang mempunyai keterkaitan langsung dengan penindasan perempuan. Dalam Ekofeminisme perempuan ditempatkan sebagai “sosok yang lain” sejajar dengan sosok yang lainnya yang diabaikan dalam patriarkhi seperti kelompok ras berwarna, anak-anak, kelompok miskin dan alam.[1] Budaya Patriarkhi menyebabkan adanya dominasi terhadap perempuan, kelompok ras berwarna, anak-anak, kelompok miskin dan alam, dan menempatkan mereka sebagai subordinate dibawah laki-laki yang mempunyai sifat yang unggul, netral, pengelola “sah” bumi dan seisinya.

Dalam menggali keterkaitan antara penindasan “sosok yang lain” (perempuan, kelompok ras berwarna, anak-anak, kelompok miskin), kerusakan alam dan dominasi patrarkhi, ekofeminisme menggunakan pendekatan analisis gender dan lebih memfokuskan keterkaitan ini pada penindasan perempuan, kerusakan alam serta dominasi patriarki sebagai penyebabnya. Hal tersebut disebabkan Pertama, Ekofeminis melihat yang paling dirugikan dari kerusakan alam adalah perempuan. Kedua, Peranan gender perempuan (sebagai pengatur dari economi domestik) bertindihan (overlap) dengan permasalahan kerusakan alam dan lingkungan. Ketiga, beberapa ideologi barat berisikan konsep-konsep pendominasian alam oleh gender laki-laki.[2]

Pergerakan ekofeminis yang pertama dimulai sekitar tahun 1974 oleh sekelompok perempuan di utara India, mereka menamakan dirinya ”chipko Movement”. Mereka memprotes penebangan hutan yang dilakukan oleh kolonial Inggris. Gerakan Chipko merupakan manivestasi dari filsafat Gandhian Satyagrahas yang mencoba menyelamatkan dan melestarikan hutan tradisional atau ”forest culture”. Hutan tradisional menjadi begitu penting bagi masyarakat india karena dari dalamnya mengandung tanah, air dan oksigen[3] yang sangat diperlukan bagi keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup terutama sangat berkaitan erat dengan keberlangsungan hidup perempuan, mengapa? Alasan yang pertama karena sebagian besar perempuan timur dalam kehidupannya sangat bergantung pada pohon-pohonan dan hasil hutan. Tingkat ketergantungan mereka terhadap alam sangat tinggi yaitu tercatat 60 % di 32 negara di Afrika, 80% di 18 negara di Asia dan 40% di Amerika Latin dan kepulauan Karibia.[4] Ketika para laki-laki menghabiskan waktunya di ladang atau berburu, para perempuan tinggal bersama anak-anaknya di hutan, mereka mengandalkan pohon-pohonan serta hasil hutan untuk keberlangsungan hidup mereka. Pohon-pohonan dan hasil hutan tidak hanya berguna untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka tetapi dapat memenuhi hampir semua kebutuhan di ranah domestik. Yang kedua, Ada sejumlah kebiasaan, hal yang tabu dan sah dan waktu yang menghambat yang dihadapi perempuan sedang kan laki-laki tidak menghadapinya. Hal tersebut seperti perempuan dan laki-laki memiliki akses yang berbeda atas sebidang tanah. Di Tanzania, perempuan tidak memiliki hak sama sekali untuk mendiami sebidang tanah, mereka harus meminta izin kepada suami mereka atau laki-laki lain untuk mengolah sebidang tanah. Perempuan di sebagian besar negara berkembang tidak memiliki dukungan hukum untuk berpartisipasi dan ikut mengelola lingkungan lokal mereka.

”Di daerah rural (pedesaan), perempuan sebagai buruh upah yang sangat miskin-menyiangi, mengangkut air dan kayu, dan melakukan pekerjaan rumah tangganya. Mereka hidup tanpa pendidikan, status, organisasi untuk melindungi atau hak kepemilikan tanah yang dapat menjadikan mereka turut serta dalam pengontrolan lingkungan.”[5]



Yang ketiga, pendapat dari pendatang khususnya pengelola hutan dari barat mengenai ketidak beruntungan perempuan di dunia ketiga, sangat berbeda.mereka menganjurkan beberapa teknik untuk menghadapi kekurangan pohon-pohonan. Akan tetapi hal tersebut tidaklah benar sebab mereka hanyalah pendatang, perempuan-perempuan itu sendiri yang mengetahui bagaimana cara mempertahankan hidupnya dalam alam dan lingkungan yang sudah ia kenal dengan baik.[6] Sejak produksi berskala kecil yang menjadi prioritas lokal banyak dilakukan, peranan perempuan sangatlah penting untuk menyokong itu semua, namun jika kehidupan alam terancam akibat munculnya komersialisasi perambahan hutan, maka dengan demikian kehidupan perempuan akan terganggu dan implikasinya juga akan mengakibatkan punahnya perempuan secara tidak langsung

Selain berkonsentrasi pada penyelamatan hutan, ekofeminis juga peduli pada kondisi air tanah dan berbagai bencana yang berkaitan dengan itu seperti kekeringan dan banjir yang dapat merusak suatu ekosistem. Di negara-negara dunia ketiga, air sangat penting artinya bagi perempuan dan anak-anak. Di Afrika dan Asia tercatat perempuan dan anak-anak dapat menghabiskan sekitar 4-3 jam perminggu untuk mengangkut air dalam memenuhi kebutuhan keseharian keluarganya.[7] Semakin langkanya air akibat semakin berkurangnya sumber air tanah maka kerja dari perempuan dan anak-anak semakin berat.

” jumlah perempuan yang hidup di daerah rural yang menjadi akibat kelangkaan air mencapai 55% di Afrika, 32 percent di Asia, dan 45% di Amerika Latin. Walaupun air terlihat berlimpahan banyaknya di seluruh dunia, namun demikian masih ada di daerah tertentu di beberapa negara yang memiliki musim kering teramat panjang yang mengakibatkan banyak peempuan menghabiskan banyak waktu untuk mengangkut dan mengumpulkan air.”[8]



Kualitas air yang semakin menurun akibat polusi air oleh limbah pabrik atau zat kimia juga menjadi masalah tersendiri. Menurut Joni Seager, sekitar setengah populasi dunia ketiga tanpa air yang tidak sehat.Terdapat sekitar 250 juta kasus dari air yang menyebabkan penyakit, menyebabkan 10 juta orang meninggal, dan hal ini dapat terjadi setiap tahun.[9] Air yang terkontaminasi menjadi masalah yang cukup rumit terutama bagi perempuan yang miskin yang terpaksa harus memasak dari air yang terkontaminasi tersebut. Akibatnya, dirinya dan keluarganya terjangkit beberapa penyakit, hewan-hewan, ternak tidak dapat hidup, tanaman tidak dapat subur. Situasi tersebut menyebabkan semakin banyaknya perempuan atau anak-anak yang sakit lalu meninggal ataupun jika mereka hidup, mereka hidup dengan berbagai penyakit. Akibatnya fungsi reproduksi akan semakin berkurang dan pada akhirnya akan menyebabkan menurunnnya jumlah populasi manusia di daerah ini.

Permasalahan lainnya yang mengancam kehidupan perempuan, adalah kekeringan atau kebanjiran. Kekeringan dan banjir merupakan bencana alam (natural disaster) yang dapat terjadi secara alami ataupun merupakan dampak atas kerusakan alam oleh manusia. Seperti kekeringan diakibatkan tidak adanya cadangan air tanah atau pemerintah yang tidak membuat bendungan sebagai sarana untuk menapung air hujan agar dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Banjir dapat disebabakan karena penebangan hutan secara liar yang mengakibatkan semakin berkurangnya tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan menyimpannya dalam waktu tertentu. Dampak dari dua jenis bencana ini sangat fatal yaitu dapat merusak ekosistem dan dapat memusnahkan seluruh makhluk hidup, tak terkecuali manusia terutama masyarakat yang miskin yang sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak. Hal demikian dapat terjadi karena sebagian besar perempuan tdi dunia ketiga menjadi buruh dengan penghasilan sangat kecil bahkan sebagian besar diantaranya tidak memiliki penghasilan sama sekali, hidupnya digantungkan pada suami dan alam. Oleh karena itu tidak heran bahwa telah terjadi fenomena yaitu 80%-90% keluarga miskin di dunia merupakan keluarga yang dikepalai oleh perempuan.[10] Terjadinya fenomena yang demikian disebabkan karena sulitnya perempuan memiliki akses ekonomi yang lebih luas, jika alam saja yang akrab oleh keseharian perempuan di kelola dan diatur oleh laki-laki hingga menimbulkan berbagai bencana alam, apalagi ranah publik yang semuanya di dominasi oleh laki-laki ?

Perempuan tidak hanya mendapat dampak dari bencana alam, kerusakan hutan atau polusi air saja, tetapi penderitaan perempuan khususnya perempuan di dunia ketiga terus berlangsung terutama para perempuan yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani baik petani ladang maupun petani di sawah.

” Pada kenyataannya, petani perempuan jam bekerja lebih lama, mempunyai lebih sedikit aset dan upah yang lebih rendah daripada petani laki-laki, dan mempunyai ketergantungan yang paling tinggi. sebagian besar mereka tidak memiliki pendidikan dan kompetensi yang cukup. Petani perempuan sangat miskin sebab akses untuk memperoleh kredit usaha sangat terbatas. Tanpa adanya kredit perempuan tidak dapat membeli ternak, pupuk atau bibit untuk meningkatkan produksi.”[11]



Petani perempuan bekerja lebih keras dalam hidupnya disamping ia harus mengatasi persoalan pekerjaannya di sawah atau diladang, bebannya semakin bertambah karena ia tidak dapat terlepas dari pekerjaan domestiknya. Terkadang para terkadang para perempuan melakukan keduanya tanpa upah sama sekali karena beberapa masyarakat menganggapnya bahwa kedua hal tersebut merupakan suatu kewajiban perempuan sebagai yang bertanggungjawab dalam rumah tangga.

Masalah yang terakhir yang harus dihadapi perempuan di dunia ketiga adalah masalah sampah. Sampah merupakan bagian yang tak terhindarkan dalam kehidupan, semakin besar konsumsi masyarakat maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Di beberapa negara maju, sampah diolah sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan bagi suatu ekosistem, namun di negara-negara dunia ketiga sampah menjadi masalah yang sangat rumit hingga masalah sampah tidak terselesaikan akibatnya sampah semakin menumpuk dan menjadi racun . Dalam hal ini sebenarnya perempuan mempunyai peranan penting untuk menanggulangi permasalahan sampah ini. Sebagian besar sampah tersebut di produksi dari kegiatan rumahtangga seperti sampah sisa konsumsi, sampah pembungkus makanan, dll. Perempuan dapat membantu menaggulangi ini dengan membantu memilah-milah sampah kering dan sampah basah, untuk di daur ulang. Akan tetapi hal ini tidak akan terjadi tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Di negara-negara dunia ketiga yang sebagaian besar memiliki masalah sampah, pemerintahnya tidak mempunyai kebijakan yang jelas mengenai sampah.

” tercatat 26 juta penduduk di Afrika, 8 juta penduduk di kepulauan Hispanic Amerika dan setengah dari populasi penduduk di kepulauan Asia Pasifik hidup dalam komunitas yang tidak mempunyai pengaturan terhadap sampah.”[12]



Akibatnya penduduknya hidup dengan sampah. Yang paling menderita dari ini semua adalah penduduk miskin yang tinggal di pemukiman dekat pembuangan sampah. Sebagian besar diantara penduduk yang miskin tersebut adalah perempuan dan anak-anak dan yang paling mendapatkan dampak dari sampah tersebut seperti penyaki pes, diari, dll adalah perempuan dan anak-anak karena merekalah yang paling banyak menghabiskan waktunya di daerah tersebut



KESIMPULAN

Alam sangat erat kaitannya terhadap kehidupan perempuan. Rusaknya alam menyebabkan peluang terhadap perempuan untuk melanjutkan kehidupannya semakin berkurang. Hal tersebut berkaitan dengan fungsi reproduksi perempuan yang dikaitkan dengan fungsi produksinya untuk mempertahankan hidup. Dengan demikian perempuan memegang kunci yang paling utama dalam siklus kehidupan. Oleh karena itu penyelamatan terhadap alam dan lingkungan menjadi teramat penting karena secara tidak langsung dapat menyelamatkan kehidupan keseluruhan. Peranan penyelamatan ini penting dilakukan oleh perempuan itu sendiri karena merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka. Namun disamping itu semua, peranan negara juga teramat penting dalam menciptakan kebijakan-kebijakan untuk mendorong aktivitas penyelamatan alam dan lingkungan.


***

-Indah Survyana-
Depok, 2006


--------------------------------------------------------------------------------

[1] Nature is Feminist Isu. Hal.1

[2] ibid hal.2

[3] ibid hal.3





[4] Nature is Feminist Isu. Hal.4

[5] ibid hal.5

[6] ibid hal 5





[7] Nature is Feminist Isu. Hal.7

[8] ibid hal.7

[9] Ibid hal.7



[10] Nature is Feminist Isu. Hal. 9

[11] ibid hal.10



[12] Nature is Feminist Isu. Hal. 13

1 comments:

Amarilldo said...

Tukeran Link Yuk..